OPTIMISTIS dan waspada, menjadi dua kata kunci menyambut perekonomian global tahun 2023 yang diprediksi akan “gelap” akibat resesi dan kondisi geopolitik global.
“Optimistis karena perekonomian RI membaik. Waspada karena risiko ketidakpastian masih tinggi, Amerika Serikat masih akan menaikkan suku bunga akibat inflasi tinggi,” kata Wakil Menteri Keuangan RI Suahasil Nazara, pada acara The Indonesia 2023 Summit: Rebuild The Economy, di Jakarta, Kamis (27/10/2022).
Pada kesempatan tersebut Suahasil Nazara lebih lanjut memaparkan Indonesia harus bisa mencari dan mengoptimalisasi sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru.
Hal ini diperlukan untuk memperkuat fondasi dan ketahanan perekonomian dalam negeri dari beragam potensi ancaman.
Pemerintah telah mengidentifikasi empat sumber pertumbuhan ekonomi baru yang potensial bagi perekonomian Tanah Air.
"Sumber pertumbuhan ekonomi baru itu adalah hilirisasi, menggunakan produk dalam negeri, transisi ekonomi, dan reformasi sektor keuangan," katanya.
Tak hanya itu, pemerintah juga menargetkan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahun ini bertahan di level 40 persen. Pemerintah berkomitmen menjaga rasio utang agar tidak membebani keuangan negara pada masa mendatang.
Baca juga: Kemenkeu: Nilai BMN Hulu Migas Tembus Rp577 Triliun
Saat ini posisi utang pemerintah Rp7.420,47 triliun hingga 30 September 2022. Realisasi utang ini setara dengan 39,3 persen terhadap PDB.
Meski rasio utang masih dalam kondisi aman sebagaimana ketentuan dalam Undang Undang 17 tahun 2023 yakni batas maksimal sebesar 60 persen, namun rasio utang harus terus dijaga agar beban bunga utang ke depan tidak terus membengkak.
“Sekarang sekitar 39 persen. Kita akan tahan di sekitar itu. Kalau akhir tahun ini sampai sekitar 40 persen,” katanya.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan diwakili oleh Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kemendag Kasan Muhri juga menyatakan optimismenya terhadap kondisi perekonomian RI tahun depan. Bahkan, dari sisi ekspor pun diyakini tetap bertumbuh.
“Biodiesel, batubara, menunjukkan kinerja baik. Ini peluang ekspor kita dari sisi produk minerba,” ucap Kasan Muhri.
Hal lain yang juga turut mendongkrak perekonomian RI adalah konsumsi rumah tangga. Pemerintah memang tidak berpangku tangan.
Pemerintah memberikan beragam bantuan sosial untuk masyarakat demi meningkatkan daya beli, di antaranya bantuan langsung tunai bahan bakar minyak (BLT BBM), bantuan subsidi upah (BSU), dan bantuan modal kerja (BKM).
“Konsumsi rumah tangga memberikan dampak baik terhadap perekonomian, termasuk sektor ritel,” ucap Kasan Muhri.
Terkait upaya menekan dampak inflasi pangan, dia mengimbau agar pemerintah mendorong penggunaan produk dalam negeri.
“Mulai menggalakkan penggunaan produk dalam negeri, ini bisa menjadi bagian dari solusi menghadapi inflasi pangan dan ketersediaan pangan dalam negeri. Cinta produk Indonesia menjadi cara yang tepat untuk menghadapi keterbatasan pasokan pangan akibat terdampak geopolitik perang Rusia dan Ukraina,” katanya.
Menteri Keuangan (Menkeu) periode 2014-2016 Bambang Brodjonegoro menyebutkan ada dua poin penting yang harus menjadi perhatian pemerintah.
Pertama, mengoptimalkan pangsa pasar di dalam negeri untuk menjaga konsumsi dan daya beli masyarakat. Kedua, memastikan tingkat inflasi tetap terkendali.
“Dalam inflasi ini perlu diimbangi dengan pemberian subsidi dari pemerintah. Namun saya kira subsidi yang berlebihan juga tidak baik karena bisa berbahaya bagi keuangan negara. Melalui kombinasi subsidi dan perlindungan sosial, maka pemerintah mempunyai kemampuan lebih untuk bisa mengendalikan laju inflasi yang saat ini memang sedang tinggi,” kata Bambang.
Bambang kemudian melanjutkan, dirinya yakin pertumbuhan ekonomi RI pada tahun ini berpotensi menyentuh level di atas 5 persen.
“Saya pikir untuk bisa mencapai 5 persen (tahun depan) akan cukup menantang. Tetapi beruntungnya, kita akan bisa menunjukan kinerja yang lebih baik dari pada kekuatan ekonomi utama dunia,” katanya.
Tak hanya sektor konsumsi dan ritel yang terdampak, industri otomotif pun mengalami hentakan serupa. Namun demikian, sektor industri otomotif diyakini tak akan terperosok terlalu dalam berkat dukungan penuh pemerintah.
Apalagi, industri otomotif Indonesia merupakan pasar kendaraan bermotor terbesar di ASEAN.Oleh pemerintah, sektor ini diproyeksikan memiliki prospek menjanjikan di masa mendatang bagi perekonomian nasional.
Tumbuhnya perekonomian tersebut didorong adanya penyerapan tenaga kerja yang tinggi, penggunaan komponen dalam negeri, peningkatan daya tarik investor, serta pengurangan impor pada sektor otomotif dalam negeri.
“Pada saat pandemi, industri otomotif tidak diizinkan produksi. Bersama pemerintah, kami mengupayakan tetap berproduksi. Pemerintah mengeluarkan sejumlah kebijakan yang mendorong industri otomotif mampu bertahan, di antaranya Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) ditanggung pemerintah sehingga meningkatkan penjualan mobil, bahkan peningkatan hingga 60 persen. Ini menjadikan kondisi industri otomotif mendekati normal,” kata Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara.
Perihal produksi kendaraan listrik yang digadang-gadang sebagai upaya mendorong penggunaan energi terbarukan, Project General Manager Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing Co., Ltd. Indra Chandra Setiawan menyebutkan Toyota siap meluncurkan satu produk hybrid dan satu model listrik bulan ini.
Indra berharap dukungan dari pemerintah, terutama soal kebijakan. Sebab, saat ini penetrasi mobil listrik di pasar domestik masih minim, bahkan kurang dari satu persen total penjualan mobil.
Hambatan utamanya, kata Indra, terletak pada daya beli yang tak sepadan dengan harga produk mobil listrik.
"Secara market Indonesia paling besar, tapi secara kontribusi PDB masih lebih rendah daripada negara tetangga, seperti Thailand dan Malaysia. Artinya, penetrasi di Indonesia tidak sekuat negara dengan buying power baik," kata Indra.
Dukungan juga datang dari pihak swasta. PT Bank Danamon Indonesia Tbk bersama PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) dan MUFG Bank Ltd (MUFG Bank) siap mendorong pertumbuhan ekosistem pembiayaan otomotif berkelanjutan di Indonesia.
Ketiga perusahaan itu berkolaborasi menggelar acara economic outlook bertajuk The Indonesia Summit 2023: Rebuild the Economy.
Direktur Utama Danamon Yasushi Itagaki menjelaskan di tengah upaya pemulihan ekonomi Indonesia pascapandemi, Danamon bersama Adira Finance, dengan dukungan MUFG Bank berkomitmen turut berkontribusi mempercepat pemulihan ekonomi. Ketiga perusahaan ini melayani semua lini dalam rantai pasok keuangan.
“Dalam situasi yang tidak menentu seperti saat ini, kami percaya para nasabah dan pemangku kepentingan lainnya memerlukan informasi terkini dan terbaik untuk mendukung mereka menjawab tantangan sekaligus mencari peluang bisnis untuk tumbuh berkelanjutan bersama Danamon,” kata Yasushi Itagaki.
Salah satu sektor industri yang mendapat sorotan ialah otomotif. Sebelum pandemi covid-19, industri otomotif menyumbang 4,34 persen terhadap PDB nasional pada 2019, dan 4,66 persen pada 2018.
Meski di tengah gempuran pandemi dengan periode lockdown yang mengharuskan perusahaan mengerem produksi, industri otomotif masih sanggup bertahan. Sektor ini mempekerjakan sedikitnya 17 juta pekerja, yang 13,6 persen di antaranya merupakan angkatan kerja nasional. (RO/OL-09)