27 October 2022, 15:42 WIB

Energi Surya Mainkan Peran Sentral dalam Transisi Energi Indonesia


Insi Nantika Jelita |

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan, berdasarkan peta jalan transisi energi di Indonesia, energi surya memainkan peran penting dalam ketenagalistrikan di Indonesia dengan perkiraan penggunaan 421 gigawatt (GW) dari 700 GW berasal dari surya.

Berdasarkan proyeksi Kementerian ESDM, target pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap sebesar 3,6 GW yang akan dilakukan secara bertahap hingga 2025.

“Perlu dukungan dari produsen dan industri lokal untuk memenuhi target tersebut mengingat Indonesia memiliki potensi mineral dan bahan penting untuk pembangkit listrik tenaga surya yang memainkan peran penting dalam transisi energi," ungkapnya dalam diskusi Advancing G20 Solar Leadership di Jakarta, Kamis (27/10).

Menurutnya, aspek kemudahan akses pembiayaan terjangkau, insentif, dan fasilitas pembiayaan untuk PLTS menjadi penting untuk menyediakan pembiayaan studi kelayakan dan peningkatan investasi energi terbarukan seperti energi surya.

Ia menjelaskan, berdasarkan data International Renewable Energy Agency (IRENA), biaya listrik (levelized cost of electricity/LCOE) telah menurun signifikan hingga 88% antara 2010 dan 2021, dari US$41,7/kWh menjadi USD 4,7/kWh.

“Namun berdasarkan praktik di sektor industri saat ini, kami mendapatkan penawaran hingga US$ 3/kWh, termasuk US$ 4/kWh biaya baterai atau catu daya tak terputus untuk PLTS,” ungkap Arifin.

Sebelumnya, Arifin berujar pengembangan PLTS Atap diyakini memberikan dampak positif bagi masyarakat, seperti adanya penyerapan tenaga kerja lebih dari 120 ribu orang, peningkatan investasi sekitar Rp50 triliun, mendorong green product sektor jasa dan mengurangi emisi karbon sebesar 4,5 juta CO2.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menyampaikan Indonesia masih tergolong lambat dalam mendorong pengembangan energi surya. Menurutnya, pemerintah tidak boleh menghambat perizinan instalasi PLTS atap dan mendukung pemanfaatan pembangkit itu di kawasan industri dan di wilayah usaha non PLN.

“Ketersediaan pendanaan berupa kredit lunak dari lembaga keuangan dapat mendukung adopsi PLTS atap skala rumah tangga," ucapnya.

Berdasarkan catatan ISEO 2023, kemajuan energi surya Indonesia juga terlihat dari turunnya harga listrik PLTS yang diperoleh melalui perjanjian pembelian tenaga listrik (power purchase agreement/PPA) yang dilakukan oleh PT PLN (Persero) dengan pengembang listrik swasta. Dari rentang 2015 dan 2022, harga PPA PLTS telah turun sekitar 78% dari US$0,25/kWh menjadi US$0,056/kWh. (OL-12)

BERITA TERKAIT