EKONOM dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai, Bank Indonesia selaku otoritas moneter dan pemerintah selaku otoritas fiskal tidak memiliki banyak opsi untuk menekan dampak global terhadap pelemahan rupiah.
Sebab, pelemahan tersebut disebabkan oleh faktor eksternal yang sukar dikendalikan oleh BI maupun pemerintah.
Terdepresiasinya mata uang Indonesia diakibatkan oleh derasnya dana asing yang keluar, dipicu oleh tingginya suku bunga acuan The Federal Reserve (The Fed) serta menguatnya dolar Amerika Serikat.
"Pelemahan mata uang domestik tidak hanya terjadi di Indonesia. Poundsterling pun mengalami pelemahan yang sangat besar. Oleh karena itu tidak banyak yang sesungguhnya bisa dilakukan," kata Piter saat dihubungi, Kamis (29/9).
Dia mengatakan, hal yang bisa dilakukan oleh BI ialah melakukan intervensi valas guna meredam pelemahan rupiah agar tidak menimbulkan kepanikan pelaku ekonomi.
Setelahnya, di waktu yang tepat, bank sentral dapat kembali menaikkan suku bunga acuannya guna memperlebar spread sekaligus mengurangi tekanan modal asing keluar.
Sedangkan dari sisi fiskal, pemerintah dapat mengoptimalisasi serta mendorong keterlibatan pasar domestik dalam penerbitan Surat Berharga Negara (SBN). Setidaknya hal itu telah dilakukan pemerintah untuk membantu mengurangi volatilitas rupiah. (OL-8)