PROGRAM sistem resi gudang (SRG) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memastikan pasokan atau rantai distribusi dikelola dengan baik. SRG bisa digunakan untuk mempermudah dan memotong jalur yang panjang dalam rantai distribusi.
"Pemerintah hadir memberikan solusi untuk para petani, nelayan, pelaku usaha, khususnya UMKM kita, untuk memastikan komoditasnya tersimpan dengan baik," kata Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga, pada acara penandatanganan nota kesepahaman tentang Optimalisasi Pemanfaatan Enabler UMKM Terintegrasi Dengan Sistem Resi Gudang Dan Hybrid B2B Marketplace Oleh Pelaku Usaha Retail pada Selasa (23/8), Jakarta. Penandatanganan itu dilakukan Direktur utama PT Mitra Enabler Indonesia (PT MEI) Humahwan bersama Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey.
Kehadiran gudang membuat hasil komoditas bisa tersimpan dan membuat penjualannya bisa ditunda saat penjualannya sudah mulai membaik. "Dengan begitu para pelaku usaha, petani atau pun nelayan tidak mengalami kerugian," tambahnya. Dirinya mencontohkan selama ini banyak petani di daerah-daerah yang mengalami kesulitan dalam rangka memperoleh penjualan, lantaran pada musim panen tiba harga komoditas mengalami penurunan. Oleh karena itu, SRG bisa digunakan sebagai medium penyimpanan oleh para pelaku usaha, petani, maupun nelayan. "Manfaatkanlah itu, optimalkanlah itu, jangan sampai tidak dioptimalkan. Ini dalam rangka pemerintah memberikan kehadiran, memberikan keberpihakan, dan juga memberikan program yang terukur dan objektif dan bermanfaat untuk masyarakat," tutur Jerry.
Penandatanganan nota kesepahaman itu bertujuan mengembangkan UMKM agar naik kelas, mempersiapkan ekosistem yang terintegrasi dari hulu sampai hilir kepada UMKM. Melalui penyediaan kurasi dan pelatihan, standardisasi produk, pendanaan, akses pasar, dan menyiapkan pilihan-pilihan logistik yang terpercaya, serta dukungan pembiayaan berbasis sistem resi gudang. Mitra Enabler Indonesia juga mempersiapkan UMKM agar dapat onboard dalam platform digital agar UMKM siap menghadapi era disrupsi transformasi digital pada revolusi industri 4.0 serta dapat bangkit dari dampak pandemi covid-19.
Saat ini Mitra Enabler Indonesia telah hadir di tiga kota besar di Indonesia yakni Solo, Jember, dan Kendal yang selanjutnya akan dikembangkan di 500 wilayah Indonesia bekerja sama dengan Aprindo. Ruang lingkup kerja sama yang dimaksud meliputi pembinaan UMKM binaan Aprindo oleh Mitra Enabler Indonesia, pemanfaatan implementasi pembiayaan dan pemasaran menggunakan SRG bagi UMKM, penyerapan produk UMKM dengan Aprindo sebagai standby buyer (offtaker), pengembangan pasar domestik dan ekspor khususnya bagi UKM dengan membuka Pavilion Produk Indonesia di luar negeri, serta sinergi program kerja dengan pengoptimalisasian program Enabler Terintegrasi dengan Sistem Resi Gudang.
"Dalam rangka pemberdayaan UMKM yang andal dan siap menghadapi perubahan cepat iklim bisnis global, MEI memfasilitasi pelaku UMKM melalui berbagai program, antara lain kurasi, bimbingan teknis pengembangan dan desain produk, pelatihan, serta pendampingan untuk memastikan UMKM memiliki standar mutu dan kelayakan bagi pasar dalam negeri maupun pasar internasional yang pemasarannya dilakukan secara online dan offline," ujar Humahwan.
Direktur Operasional PT MEI Alexander Herman menambahkan, saat ini UMKM menjadi salah satu tonggak perekonomian di Indonesia, hampir 64% kontribusi UMKM secara nasional dalam PDB Indonesia. Saat ini mulai banyak untuk masuk ke dalam business to business (B2B) atau e-commerce lain, tetapi masih banyak yang belum memahami penggunaannya. "Kami mencetuskan diri bahwa B2B kita nanti akan direct langsung dengan pelaku UKM," terang Alex. "Ini kita maksudkan untuk membantu mereka dalam standardisasi produknya, legalitasnya, serta mengajarkan packaging yang baik dan benar."
Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey menyampaikan bahwa nota kesepahaman ini akan segera diimplementasikan secara berkesinambungan. Aprindo siap menyerap produk UMKM dengan bertindak sebagai standby buyer (offtaker) serta mendukung pengembangan pasar ekspor, khususnya bagi UKM, dengan membuka Pavilion Produk Indonesia di Luar Negeri yang dimulai dengan pilot project di Busan, Korea Selatan. Pihaknya juga ingin hadir di berbagai daerah untuk menyediakan barang dan yang utama kestabilan harga. (RO/OL-14)