23 August 2022, 17:21 WIB

Suku Bunga Acuan Naik, Perekonomian Diprediksi Sedikit Melambat


M. Ilham Ramadhan Avisena |

GELIAT pertumbuhan ekonomi di semester II tahun ini diprediksi tidak akan sebaik capaian semester sebelumnya. Salah satu faktor yang diperkirakan mendorong hal itu ialah kebijakan penaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia.

Demikian dikatakan Periset dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet saat dihubungi, Selasa (23/8). "Proyeksi perekonomian terutama di semester kedua saya kira tidak akan sebaik pencapaian di semester pertama," ujarnya saat dihubungi, Selasa (23/8).

Penaikan suku bunga acuan BI, lanjut dia, akan banyak mempengaruhi suku bunga kredit perbankan untuk ikut meninggi. Itu karena komponen ongkos pembiayaan perbankan juga meningkat akibat naiknya level suku bunga acuan.

Kondisi tersebut menurutnya juga akan sedikit berimbas pada tingkat konsumsi masyarakat. Sebab, beban yang akan ditanggung masyarakat akan lebih tinggi tatkala suku bunga kredit perbankan mengalami kenaikan.

Namun, keputusan BI menaikkan suku bunga acuan juga dapat dipahami sebagai bentuk antisipasi lonjakan inflasi beberapa bulan ke depan. Tingginya harga energi, pangan, serta upaya menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah menjadi alasan yang dapat diterima.

"Kita tahu komponen utama seperti konsumsi rumah tangga kinerjanya akan juga tergantung dari seberapa tinggi inflasi. Jadi saya kira kita perlu menunggu seberapa ampuh kebijakan moneter dan juga kebijakan sektor riil untuk menahan lagi inflasi, karena semakin tinggi laju inflasi, potensi pertumbuhan konsumsi rumah tangga tentu berpeluang akan tumbuh di bawah level potensialnya," jelas Yusuf.

Menurut dia, penaikan tingkat suku bunga acuan ke level 3,75% didorong oleh prospek perekonomian beberapa bulan ke yang depan diperkirakan akan cukup menantang, utamanya dari sisi inflasi.

Baca juga: BI Pastikan Likuiditas Perbankan dan Perekonomian Tetap Longgar

Perkiraan kenaikan inflasi tersebut didasari oleh potensi penaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diwacanakan oleh pemerintah dalam beberapa waktu terakhir. Naiknya harga bensin, kata Yusuf, akan membawa tingkat inflasi di Tanah Air lebih tinggi.

"Jadi ekspektasi inflasi yang berpeluang meninggi di beberapa bulan ke depan ini kemudian menjadi salah satu dasar bagi Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin," jelas Yusuf.

Ke depan, lanjut dia, kebijakan suku bunga BI akan terus mengikuti perkembangan inflasi domestik. Dus, jika inflasi melonjak tinggi, maka kemungkinan besar bank sentral akan kembali menaikan suku bunga acuannya.

Dengan asumsi penaikan harga BBM yang mengerek laju inflasi hingga akhir tahun, BI diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan hingga 25-50 basis poin lagi.

"Saya kira ini juga akan dipengaruhi seberapa jauh pemulihan ekonomi akan terjadi. Karena sebelumnya kita melihat stance kebijakan bank Indonesia menjadi salah satu pihak yang membantu proses pemulihan ekonomi di luar kebijakan fiskal tentunya," kata Yusuf.

Diketahui sebelumnya, dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 22-23 Agustus 2022 memutuskan untuk menaikkan BI7DRR sebesar 25 bps menjadi 3,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 3,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 4,50%. (OL-4)

BERITA TERKAIT