KAMAR Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai kebijakan serta asumsi dasar yang disusun pemerintah dalam Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2023 fokus untuk menstimulasi sektor riil di Tanah Air.
"Pemerintah terlihat fokus untuk menstimulasi kegiatan ekonomi sektor riil di tengah proyeksi tekanan global yang meningkat dalam jangka pendek menengah," ujar Wakil Ketua Bidang Hubungan Internasional Kadin Indonesia Shinta Widjaja Kamdani saat dihubungi, Rabu (17/8).
Baca juga: Berpartisipasi Membangun Negara, Ini Catatan Setoran Pajak PT Timah Tbk
Dia menilai, rencana alokasi anggaran infrastruktur tahun depan yang mencapai Rp379,02 triliun mencerminkan upaya pemerintah mendorong kegiatan ekonomi yang lebih tinggi. Pasalnya, anggaran itu tercatat lebih tinggi dari belanja infrastruktur tahun ini yang diperkirakan mencapai Rp363,76 triliun.
Selain itu, kata Shinta, alokasi dana subsidi tahun depan juga terbilang cukup tinggi, yakni mencapai Rp297,1 triliun, lebih besar 4,4% dari prakiraan belanja subsidi tahun ini yang sebesar Rp284,5 triliun. Ini mengindikasikan pemerintah berupaya proaktif melindungi daya beli masyarakat lantaran ancaman inflasi yang tinggi di 2023.
"Secara garis besar postur APBN yang seperti ini sangat supportif terhadap pertumbuhan, namun kita perlu melihat bagaimana perkembangan ekonomi global menjelang akhir tahun hingga awal tahun ini," jelasnya.
Menurut Shinta, potensi tekanan global terhadap kinerja sektor riil nasional masih cukup tinggi, termasuk pada stabilitas ekonomi makro. Karena itu, dunia usaha disebut harus bekerja lebih keras. Sebabnya, di sisa tahun ini tidak ada lagi momen penyokong seperti Ramadan dan Idulfitri.
Belum lagi negara-negara mitra dagang Indonesia seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, dan Tiongkok tengah dihadapkan pada ancaman perlambatan maupun krisis ekonomi. Pelemahan ekonomi dari negara-negara itu dinilai bakal memberi dampak bagi dunia usaha nasional.
Kendati demikian, Shinta menyatakan dunia usaha tetap optimis untuk menjalankan bisnisnya dan mendorong pertumbuhan ekonomi. "Kami optimis dengan momentum Presidensi G20 tahun ini dan ASEAN tahun depan. Indonesia akan mampu menarik lebih banyak investasi terutama yang bernilai tambah sehingga target dapat tercapai," tuturnya. (Ol-6)