04 August 2022, 21:07 WIB

Presiden Perintahkan Pembentukan Peta Jalan Industri Sorgum


Andhika Prasetyo |

PRESIDEN Joko Widodo memerintahkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan jajaran menteri di bawahnya untuk membuat peta jalan industri sorgum hingga 2024.

Langkah tersebut perlu dilakukan agar pengembangan bahan pangan alternatif pengganti gandum itu bisa lebih terarah dan memberikan hasil yang maksimal.

Baca juga: PUPR Bangun 50 Ribu Rumah Berkonsep Green Building

"Bapak Presiden meminta agar dibuatkan roadmap produksi dan industri hilir sorgum sampai 2024. Tadi kami laporkan kondisi terkini dan target sasaran ke depan," ujar Airlangga selepas mengikuti rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (4/8).

Saat ini, dengan total luas tanam 4.355 hektare yang tersebar di enam provinsi, jumlah produksi sorgum tercatat sebesar 15.243 ton, atau rata-rata 3,36 ton per hektare.

Hingga akhir tahun, pemerintah memproyeksikan bisa menambah luas lahan hingga mencapai 15 ribu hektare.

"Bapak Presiden meminta diproritaskan untuk daerah Waingapu, Nusa Tenggara Barat yang kemarin sudah dilihat beliau," tuturnya.

Lebih jauh lagi, ia menambahkan, pada 2023, pemerintah menargetkan bisa membuka lahan baru seluas 115 ribu hektare dan 2024 akan ada tambahan lagi seluas 154 ribu hektare.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan beserta Kementerian Pertanian diperintahkan untuk berkolaborasi menyiapkan lahan-lahan tersebut.

Rencana besar untuk sorgum disiapkan lantaran pemerintah melihat ada peluang yang begitu besar di sektor tersebut.

Airlangga menyebut, saat ini, harga komoditas itu menyentuh Rp3.500 per kilogram. Dengan produksi 3,5 ton per hektare, nilai yang dihasilkan bisa mencapai Rp12,5 juta.

Sementara, biaya produksi hanya Rp8,4 juta. Nilai jual yang lebih besar bahkan bisa dicapai jika sorgum diolah menjadi produk jadi atau setengah jadi.

Presiden Jokowi sejak lama berambisi menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara penghasil sorgum tebesar di dunia.

Target tersebut harus bisa dicapai agar Tanah Air bisa melepaskan diri dari ketergantungan akan gandum yang sejatinya sulit dikembangkan di dalam negeri.

Gandum sendiri saat ini menjadi salah satu komoditas yang harganya terus menanjak. Pasalnya, negara-negara produsen mulai menyetop penjualan ke luar negeri demi memenuhi kebutuhan masing-masing.

"Dengan demikian kita harus mengembangkan tanaman pengganti dari gandum dan jawabannya adalah sorgum. Indonesia tentu punya beberapa alternatif lain sepertu sagu dan singkong. Bapak Presiden meminta semua dipersiapkan sehingga kita punya subtitusi dan diversifikasi dari produk tersebut," tandasnya.  (OL-6)

BERITA TERKAIT