01 August 2022, 19:48 WIB

Ada Tekanan Global, Menkeu: Stabilitas Sistem Keuangan RI Masih Terjaga


M. Ilham Ramadhan Avisena |

TEKANAN perekonomian global yang meningkat, lonjakan inflasi, serta pengetatan kebijakan moneter global yang agresif, tidak serta merta mengganggu stabilitas sistem keuangan Indonesia.

Berdasarkan rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), kondisi stabilitas sistem keuangan nasional saat ini masih dalam kondisi yang terjaga. Hal ini juga dinilai menjadi modal yang kuat untuk menghadapi berbagai potensi ancaman ke depan.

"Stabilitas sistem keuangan dalam kondisi yang masih terjaga. Resiliensi stabilitas sistem keuangan triwulan II 2022 menjadi pijakan KSSK, untuk tetap optimis dengan terus mewaspadai seluruh tantangan dan risiko," ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers, Senin (1/8).

Adapun kewaspadaan tetap diperlukan, karena pertumbuhan ekonomi global diprakirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya. Lalu, disertai meningkatnya risiko stagflasi dan ketidakpastian pasar keuangan global.

Selain itu, tekanan inflasi global terus meningkat seiring lonjakan harga komoditas, akibat berlanjutnya gangguan rantai pasokan. Kondisi diperparah oleh berlanjutnya perang antara Rusia dan Ukraina, serta meluasnya kebijakan proteksionisme pangan.

"Berbagai negara, terutama Amerika Serikat (AS), merespons peningkatan inflasi dengan pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif. Sehingga, menahan pemulihan ekonomi dan meningkatkan risiko stagflasi," imbuh Ani, sapaan akrabnya.

Ketua KSSK itu menyebut pertumbuhan ekonomi berbagai negara, seperti AS, Eropa, Jepang, Tiongkok dan India, diprakirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya. Bank Dunia dan IMF juga merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan global pada 2022, yakni masing-masing dari 4,1% menjadi 2,9%, serta dari 3,6% menjadi 3,2%. 

Namun, lanjut Bendahara Negara, perbaikan ekonomi domestik pada triwulan II 2022 diproyeksikan terus berlanjut. Hal itu ditopang oleh peningkatan konsumsi dan investasi, serta kinerja ekspor. Berbagai indikator dini pada Juni 2022 tercatat tetap baik, seperti Indeks Penjualan Riil (IPR) tumbuh 15,4% (yoy).

Kinerja sektor manufaktur tetap positif sebagaimana tercermin dari Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur, yang masih ekspansif di level 50,2. Lalu, menguat kembali pada Juli 2022 ke level 51,3. Adapun konsumsi listrik baik industri maupun bisnis juga tumbuh positif.

Selanjutnya, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) meningkat ke level 128,2 dari posisi Maret 2022 di level 111,0, yang menunjukkan optimisme masyarakat terhadap prospek pemulihan ekonomi Indonesia.(OL-11)

BERITA TERKAIT