TRANSFORMASI perpustakaan berbasis inklusi sosial merupakan upaya untuk penguatan literasi masyarakat dan pemerataan informasi, serta peningkatan kesejahteraan.
Perpustakaan menjadi lembaga yang strategis untuk meningkatkan literasi masyarakat guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan akses informasi sesuai dengan konteks kebutuhan masing-masing.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) Jawa Barat, Oom Nurrohmah, saat acara bimbingan teknis (bimtek) bertajuk 'Literasi dan Pengelolaan Informasi Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian' di Bogor, Jawa Barat, Kamis (11/11).
Oom menjelaskan, literasi informasi adalah kemampuan seseorang untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Caranya dengan mengenali kebutuhan informasi, mencari informasi, mengetahui bagaimana cara memperoleh informasi, serta menganalisis.
"Termasuk salah satunya mengorganisasikan dan menggunakan informasi dalam pemecahan masalah untuk berbagai konteks," jelas dia.
Oom memaparkan, dalam konteks pertanian, perpustakaan harus memberikan keleluasaan informasi yang ada, melalui berbagai macam media. Mulai dari media interpersonal, media kelompok, media massa, dan media sosial.
"Bahkan media baru platform perlu sejajar dengan kemampuan petani dalam mengakses informasi tersebut, agar muncul peningkatan kapasitas dan kapabilitasnya dalam berusaha tani," jelas dia.
Hal senada diungkapkan Kepala Badan PPSMP Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi, yang mengungkapkan kalau kemampuan literasi informasi bidang pertanian tidak hanya harus dimiliki oleh pustakawan/pengelola perpustakaan tetapi, juga penyuluh pertanian dan petugas bidang pertanian lainnya.
"Penyuluh pertanian berperan sebagai jembatan dalam mendesiminasikan informasi kepada petani dan skateholder lainnya," kata Dedi.
Ia berharap melalui kegiatan bimtek literasi dan pengelolaan informasi ini dapat meningkatkan penyediaan informasi penyuluhan dan pengembangan SDM pertanian secara digital menuju perpustakaan berbasis inklusi sosial dan dapat membuka wawasan bagi para penyuluh pertanian dalam mengakses informasi.
"Sehingga transfer ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian akan lebih cepat dan mendukung pembangunan pertanian di Indonesia," lanjut dia.
Dedi optimistis bimtek literasi ini dapat menambah ilmu pengetahuan tentang berbagai sumber informasi pertanian yang dapat diakses. "Termasuk bagaimana cara mengaksesnya sehingga mendapatkan informasi yang diperlukan dengan cepat dan tepat," pungkasnya.
Adapun peserta bimtek ini terdiri atas fungsional pustakawan/pengelola perpustakaan lingkup Eselon 1 dan UPT BPPSDMP serta fungsional penyuluh pertanian pusat dan Dinas Pertanian Kabupaten di lokasi IPDMIP. (RO/OL-09)