MASKAPAI nasional Maroko, Royal Air Maroc (RAM), akan memulai penerbangan langsung reguler ke Israel. Ini setelah setahun kerajaan itu menormalkan hubungan dengan negara Yahudi itu.
Layanan yang menghubungkan ibu kota komersial masing-masing negara, Casablanca dan Tel Aviv, akan lepas landas pada 12 Desember. Ini dua hari setelah peringatan pertama dimulainya kembali hubungan Maroko dengan Israel di bawah kesepakatan yang ditengahi oleh mantan pemerintah AS.
"Layanan tersebut bertujuan menanggapi kebutuhan masyarakat Maroko di Israel yang memiliki hubungan kuat dengan negara asalnya," kata maskapai itu dalam suatu pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita resmi MAP. "Ini juga bertujuan memungkinkan turis dan pebisnis melakukan perjalanan antara Maroko dan Israel," katanya.
Maskapai mengatakan akan menawarkan tiga penerbangan per minggu, kemudian menjadi lima. Keputusan itu muncul setelah penerbangan komersial langsung pertama antara kedua negara, oleh maskapai Israel Israir, mendarat di Marrakesh pada Juli. Itu segera diikuti oleh kunjungan Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid.
Normalisasi hubungan Maroko dengan Israel mengikuti pengumuman serupa oleh serangkaian negara Arab lain dimulai dengan Uni Emirat Arab dalam kesepakatan yang ditengahi oleh pemerintahan mantan presiden AS Donald Trump. Sebagai imbalannya, Washington mengakui kedaulatan kerajaan atas wilayah Sahara Barat yang disengketakan.
Komunitas Yahudi kuno Maroko ialah yang terbesar di Afrika Utara. Sekitar 3.000 orang masih tinggal di kerajaan itu. Sebanyak 700.000 orang Israel ialah keturunan Maroko dan memiliki hubungan yang kuat dengan negara tersebut.
Baca juga: Bank Dunia: Pemulihan Ekonomi Palestina Berjalan Lambat
Sebelum pandemi virus korona dan kesepakatan normalisasi, puluhan ribu turis Israel yang berkunjung ke Maroko setiap tahun harus melewati negara ketiga. Maroko dan Israel sebelumnya menjalin hubungan pada 1993 tetapi Maroko telah memutuskannya pada awal intifada (pemberontakan) Palestina kedua pada 2000. (AFP/OL-14)