
LEBARAN tahun ini terasa istimewa karena sejak pandemi covid-19 merebak pada 2020, baru pada 2022 pemerintah mengeluarkan kebijakan mudik. Pemerintah juga menetapkan cuti bersama selama empat hari kerja dan libur nasional selama dua hari.
Harapannya, rakyat Indonesia dapat merayakan Idul Fitri di kampung halaman serta menjadi salah satu momen pemulihan ekonomi nasional setelah selama dua tahun terjerembap karena pembatasan aktivitas akibat pandemi covid-19.
Pemerintah memperkirakan jumlah pemudik pada Lebaran tahun ini tidak kurang dari 85,5 juta orang atau setara dengan 31,6% dari total penduduk Indonesia.
Tingginya animo mudik secara otomatis akan menggerakkan perekonomian dan meningkatkan produktivitas berbagai sektor usaha yang sempat mati suri selama dua tahun akibat terbatasnya mobilitas dan turunnya daya beli masyarakat.
Jumlah pemudik yang sangat besar itu disebabkan ‘balas dendam’ pulang ke kampung halaman. Sungguh potensi besar untuk menggerakkan roda perekonomian, baik nasional maupun daerah. Ekonomi mudik diprediksi akan menyumbang pertumbuhan yang cukup signifikan.
Dampak ekonomi dari adanya kebijakan mudik memang sangat terasa pada masyarakat kelas menengah ke bawah. Konsumsi dan belanja melonjak untuk semua komoditas, baik pakaian, pangan, maupun adanya transfer uang besar selama periode tersebut.
Kamar Dagang dan Industri Indonesia menaksir ada sekitar Rp42 triliun uang yang berputar selama periode mudik ini. Bahkan, prediksi pemerintah lebih besar lagi. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyebut perputaran uang selama Lebaran tidak kurang dari Rp72 triliun.
Ritual mudik jelas akan meningkatkan konsumsi di daerah dan mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah. Di samping itu, tempat-tempat wisata juga akan ramai dikunjungi sehingga menghidupkan sektor pariwisata.
Sejatinya, ekonomi Lebaran memang dipersiapkan pemerintah untuk menjadi titik tolak mulai bangkitnya perekonomian yang bisa memicu pertumbuhan ekonomi setelah dua tahun dilanda pandemi. Apalagi, sejak awal pemerintah telah mengambil kebijakan untuk meningkatkan daya beli masyarakat.
Misalnya, kebijakan untuk menyalurkan subsidi dan bantuan langsung tunai (BLT) yang dilakukan sebelum periode mudik dimulai. Pemerintah juga telah mencairkan tunjangan hari raya bagi aparatur sipil negara dan pensiunan yang menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani totalnya mencapai Rp34,3 triliun. Pemerintah pun getol untuk mewajibkan pihak swasta memberikan THR bagi para karyawannya.
Aktivitas perekonomian masyarakat di sepanjang momen Lebaran diyakini bakal mampu mendorong pertumbuhan secara tahunan (year on year/yoy) di kisaran 4% hingga 5% pada triwulan II 2022.
Pelaksanaan mudik Lebaran 2022 tentunya mendorong adanya peningkatan alur perputaran uang di daerah. Artinya, pertumbuhan ekonomi nasional juga akan terdorong dengan adanya aktivitas ekonomi pulang kampung pada Lebaran ini.
Momentum ekonomi mudik mestinya terus dijaga pemerintah untuk dapat terus menjaga tren positif pertumbuhan ekonomi sehingga target pertumbuhan 5% tahun ini mampu tercapai karena tentu tidak bisa hanya mengandalkan momentum Lebaran.
Pemerintah harus memastikan kondisi perekonomian tetap baik, mulai inflasi terkendali, suku bunga pinjaman mampu ditahan, hingga menjaga stabilitas nilai tukar agar daya beli masyarakat tetap terjaga.