03 June 2019, 23:40 WIB

Maaf, Meminta atau Memberi?


Ronal Surapradja |

IDUL Fitri baru dirayakan besok. Akan tetapi, kiriman kartu dan pesan via gawai berisi ucapan selamat sekaligus permintaan maaf sudah berdatangan, sejak beberapa hari lalu. Hal ini akan terus terjadi selama minimal seminggu ke depan.

Saking banyaknya, terkadang saya tidak bisa membalasnya satu per satu. Jadi mumpung saya menulis di media nasional yang cakupannya luas, belum lagi saya pun memuat tulisan ini di media sosial, saya mau membuat disclaimer terlebih dahulu.

Untuk yang mengirim ucapan selamat Idul Fitri, saya ucapkan terima kasih, dan jika permintaan maafnya tidak saya balas bukan berarti saya tidak memaafkan. Mungkin saja terlewat karena saking banyaknya. Artinya, maafkan saya juga ya hehe.

Meminta maaf bukan perkara sederhana, walaupun kita yang bersalah. Ada ego, dan bisikan yang mengatakan bahwa sebenarnya kita yang benar. Butuh keberanian untuk mengalahkan ego tersebut dan kemauan merendahkan hati untuk berucap 'maaf'.

Jika meminta maaf butuh keberanian, memberi maaf butuh kekuatan karena pasti kenangan buruk dan menyakitkan itu muncul kembali. Forgiving is not removing our memories, but removing the poison of our memories. Ketika kita memaafkan, memori yang menyakitkan itu memang masih ada, tapi ia sudah tidak 'beracun' lagi.

Rasa pahit dan benci juga keinginan untuk membalas dendam akan hilang secara perlahan. Dengan memaafkan, luka terbuka akan berubah menjadi bekas luka. Bekas luka akan ada selamanya dan akan menjadi pengingat kita, tapi ia sudah tidak terasa sakit, berdarah-darah dan terkena infeksi lagi.

Bagaimana dengan ungkapan, "Forgiven but not forgotten, memaafkan tapi tidak melupakan?" Saya sangat mengerti maksud kalimat ini karena pernah merasakannya. Tujuan dari tidak melupakan adalah agar kita waspada jangan sampai hal sama terulang lagi.

Tapi, dengan tidak melupakan artinya kita belum sepenuhnya memaafkan. Hati kita masih menyisakan sedikit rasa sakit, sejumput rasa benci dan setetes keinginan untuk membalas. Dan itu racun.

Jika orang yang meminta maaf adalah orang yang pemberani, dan yang memberi maaf adalah orang yang kuat, maka orang yang melupakan adalah orang yang berbahagia.

Memaafkan orang yang telah berbuat salah kepada kita memang tidak akan mengubah masa lalu, tapi itu akan mengubah masa depan kita. Memaafkan adalah bentuk tertinggi dan yang paling indah dari bermacam bentuk cinta.

Besok, kita akan merayakan Idul Fitri, Hari Kemenangan dan memaafkan adalah kemenangan terbaik. Setelah itu bisakah kita menjadikan setiap hari adalah Idul Fitri? Ketika kita selalu bisa memaafkan orang yang berbuat salah kepada kita?

Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir batin. (H-3)

BERITA TERKAIT