MENJELANG Hari Raya Idul Fitri masih saja ada api dalam sekam yang mengancam persatuan bangsa. Ini sebab dari bias kontestasi politik di tahun ini yang menorehkan luka bukan hanya bagi mereka yang 'bertarung', melainkan juga seluruh anak bangsa.
Banyak yang sudah lupa atau mungkin tidak memedulikan bahwa Ramadan yang seharusnya menjadi bulan yang penuh dengan kedamaian ini, malah diisi dengan kebencian. Bulan yang seharusnya berisi segala hal yang baik, malah dinodai pemuasan ambisi dan syahwat politik segelintir orang.
Sebagai manusia utama, ribuan tahun lalu Rasulullah telah berpesan mengenai semangat perdamaian. Begitu cintanya terhadap perdamaian dalam khotbah khususnya di Ramadan, beliau menggunakan kata 'annas' (manusia), bukan 'muslim'. Jadi, perdamaian ini berlaku universal untuk semua orang tanpa melihat perbedaan.
Di negara kita, jangankan kepada mereka yang berbeda, kepada yang sama pun tetap saja diributkan. Jadi, jika masih ada masyarakat Indonesia yang mengaku cinta dan pengikut Nabi Muhammad, tetapi masih menebar kebencian di bulan suci ini, perlu dipertanyakan ajaran Rasul yang mana yang ia ikuti?
Banyak di antara kita yang lebih mementingkan kesalehan ritual, tetapi melupakan kesalehan sosial. Amalan saleh sesungguhnya tidak hanya dimensi akhirat, tapi juga dimensi dunia. Tugas beratnya ialah bagaimana membumikan pengertian saleh tersebut sehingga tidak dipahami secara sempit. Sayangnya, justru banyak yang sengaja membuatnya tetap dipahami secara sempit sesuai dengan kepentingan kelompoknya saja.
Dalam Islam, kesalehan ritual dan kesalehan sosial merupakan suatu kemestian yang tak usah ditawar. Keduanya harus dimiliki seorang Muslim. Sebenarnya jika seseorang menjalankan dan mengerti apa yang dilakukannya dalam rangka mewujudkan kesalehan ritual atau individualnya, secara otomatis dia akan memiliki kesalehan sosial.
Jika tidak, rasanya ada yang salah dengan ibadahnya. Aneh rasanya jika ada yang begitu mencintai Tuhan, tapi begitu membenci manusia lainnya yang merupakan ciptaan-Nya.
Islam bukanlah agama individual. Ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad ialah agama yang dimaksudkan sebagai rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil alamin).
Perbedaan kita sesungguhnya tidak lebih banyak dari persamaannya. Perbedaan ialah rahmat dan perpecahan ialah laknat. Mari kita jadikan momen Ramadan tahun ini sebagai bulan penyucian badan dan rohani dari segala keburukan pemilu yang telah lalu. Mari bermaaf-maafan di Idul Fitri nanti. Sudahi permusuhan karena tangan yang mengepal tidak akan bisa bersalaman. (H-3)