12 April 2022, 04:05 WIB

Istikamah dalam Agama


Quraish Shihab |

ADA seorang sahabat Nabi Muhammad SAW bernama Abu Amrah Sufyan bin Abdillah yang berkata kepada Nabi, "Ajarkan saya satu kalimat singkat yang kemudian saya tidak perlu lagi bertanya tentang Islam setelah kau menjelaskan kepadaku."

Maka, Nabi Muhammad SAW menyampaikan kepadanya, "Qul amantu billah tsumma-istaqim.” Artinya, katakanlah aku beriman kepada Allah dan aku beristikamah atas iman tersebut.

Yang pertama yang perlu kita garis bawahi, Muhammad SAW memerintahkan untuk mengucapkan yang sesuai dengan apa yang ada dalam hati Anda. Lalu, jika perkataan itu menuntut satu pengamalan, ucapan itu harus menjadikan Anda mampu mengamalkan apa yang Anda katakan.

Di sini, sahabat Nabi diperintahkan untuk berucap, menanamkan dalam hati, serta menanamkan konsistensi dalam kepercayaan kepada Allah SWT.

Nabi Muhammad juga menuntut agar kita melaksanakan secara sempurna tuntunan yang diharuskan keyakinan tentang kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Lebih lanjut, kepercayaan terhadap Tuhan diibaratkan seperti matahari yang berkeliling di sekitar planet tata surya. Planet itu senantiasa bergerak di bawah daya tarik matahari.

Demikian juga manusia muslim. Semua harus dikaitkan dengan Allah SWT. Karena kalau tidak, dia akan terlepas dari daya tarik itu dan jatuh ke bawah sehingga binasa.

Itulah makna singkat dari tuntutan Nabi Muhammad SAW kepada Abu Amrah Sufyan. Istaqim memiliki makna melaksanakan ajaran ini dalam bentuk moderasi serta bisa menghimpun kiri dan kanan dan memandang mereka dengan penuh keadilan.

BERITA TERKAIT